𝐏𝐑𝐀𝐒𝐀𝐒𝐓𝐈 𝐊𝐔𝐃𝐀𝐃𝐔 lempeng – 1

Alih-aksara:1.

//0// swasti śakawarṣātīta , 1216 , bhadrapāda māsa , tīthi pañcāmī kṛṣṇapakṣa , ha , u , śa , wāra , maḍaŋkaŋan , bāyabyastha grahacāra ,rohiṇi nakṣatra , prajāpati dewatā , mahendra māṇḍala ,siddhi yoga , werajya muhūrtta , yama parwweśa , tetila karaṇa ,kanya rāśi , irika diwasanyajñā śrī mahāwīratameśwarānanditapara6. kramottaŋgadewa , mahābaṇasapatnādhipawinakakaraṇa , śīlā. cāra guṇa rūpawinayotta manuyukta , samasta yawadwīpeśwara , sakala sujana dharmma saŋ rakṣaṇa , narasiŋhanagaradharmmawiśeṣa santa. na , narasiŋhamūrtti sutātmaja , Kṛtanaga….

Terjemahan

Selamat tahun saka yang telah berlalu, Tahun 1216, Bulan Bhadrapāda, Tanggal (hari ke-) 52. Paro gelap bulan, Hari Hariyang Umanis Saniscara (Sabtu Legi), Wuku Medangkungan, Saat kedudukan matahari di barat laut, Saat kedudukan bulan di tempat Rohiṇi, Dewa penguasanya Prajāpati, dan (bumi) pada lingkaran Māṇḍala milik Mahendra (orbit timur), Yoganya solar dan lunar adalah Siddhi, Muhurta pada pukul Werajya, Parwesanya Yama, Karananya Tetila. Benda-benda langit terletak pada rasi bintang Kanya, Ketika itulah saat turunnya perintah Sri Mahāwīratameśwarānandita (Tuan utama yang agung baginda raja luhur penguasa dunia). Parakramottaŋgadewa (Pahlawan pemberani pemilik kemuliaan bagaikan dewa), mahābaṇasapatnādhipawinakakaraṇa (raja yang mampu memusnahkan musuhnya pemilik tentara berjumlah besar). śīlā cāra guṇa rūpawinayotta manuyukta (yang diberkati mempunyai tabiat, tenaga, budi, keluhuran dan rasa tanggungjawab). Yang menerangi seluruh penjuru pulau jawa dengan kemuliaannya (yang berkuasa di tanah jawa). Yakni untuk melengkapi dharma keutamaan beliau sebagai Sang Pelindung sejati. Juga sebagai keturunan narasingha yang berbudi luhur terhadap negara. Dialah putra keturunan Narasinghamūrtti (Mahisa Campaka?), Kretanaga…

* terjemahan tidak dapat dijadikan referensi ilmiah, kemungkinan besar masih terdapat kesalahan dalam penafsiran

Keterangan KE DUA :Prasasti Kudadu bertarikh 1216 Çaka atau bertepatan dengan 11September 1294 M, dengan menggunakan aksara KawiMajapahit. Prasasti ini dipahatkan pada lempeng tembaga ( tamra praśasti ) yang dikeluarkan oleh Raden Wijaya yang bergelarKertarajasa Jayawardha Anantawikramottunggadewa.Prasasti ini ditemukan di lereng Gunung Butak:Letak gunung buthak, ada yg berpendapat. masuk dalam jajaran Pegunungan Putri Tidur, berada dalam wilayah perbatasan Kabupaten Blitar dan Kabupaten Malang Jawa timur . Gunung buthak Trawas, dekat Reco Lanang. Prasasti Kudadu atau yang dikenal juga dengan Prasasti (Gunung) Butak – sesuai dengan lokasi ditemukan prasasti – MENYEBUTKAN Tentang pemberian anugerah raja Kertarajasa Jayawardhana kepada pejabat Desa Kudadu berupa penetapan Desa Kudadu sebagai sīma untuk dinikmati oleh pejabat Desa Kudadu dan keturunan- keturunannya sampai akhir zaman.

Para pejabat Desa Kudadu itu mendapat anugerah demikian karena telah berjasa kepada raja sebelum dinobatkan menjadi rajadan masih bernama Narārya Sangrāmawijaya. Pada waktu itu, Sangrāmawijaya melarikan diri dengan dikejar-kejar oleh musuh, yaitu tentara Jayakatwang, yang telah membinasakan Raja Kertanegara.Bagian sambadha dari prasasti Kudadu itu ditulis dengan panjang lebar sampai meliputi lebih dari tiga lempengan prasasti timbal balik.Menceriterakan dengan terperinci bagaimana Wijaya diperintahkan Raja Kertanegara untuk menghalau musuh yang telah menyerbu sampai ke Desa Jasun Wungkal, sampai ia terpaksa melarikan diri dan terkepung oleh musuh.

Ia berlari terus sambil memberikanperlawanan, tetapi senantiasa kalah karena banyaknya musuh. Akhirnya ia sampai ke Desa Kudadu.Ternyata kemudian bahwa para pejabat Desa Kudadu masih setia kepada Raja Kertanegara, karena mereka telah memberikan makan,minum dan tempat persembunyian pada Wijaya dan pengikut- pengikutnya, yang terdiri dari Lembu Sora, Ranggalawe, Nambi,Dangdi, Banyak Kapok, Pedang,Mahisa Pawagal, Pamandan, Gajah Pagon dan Wiragati. Kemudian para pejabat Desa Kudadu itu, yangdipimpin oleh kepala desanya yang bernama Macan Kuping, mengantarkan Wijaya sampai ke Rǝmbaṅ, untuk kemudian berlayar menyeberang ke Pulau Madura.

Setelah Wijaya menjadi raja, ia tidak melupakan jasa-jasa para pejabat desa itu, dan karena itumenganugerahkan Desa Kudadu sebagai daerah perdikan bagi para pejabat Desa Kudadu dengan semua keturunan-keturunannya.

Prasasti ini sudah diterjemahkanoleh J.L.A. Brandes di dalamcatatan-catatan edisinya mengenai Pararaton.

sumber postingan dari pak sudi harjanto dan uspilami

WONG KANG INO