~Di kabupaten Pati di lereng Muria bagian timur khususnya jarang sekali di jumpai sebuah penemuan benda purbakala dan jarang sekali di temukan jejak peradaban Majapahit hanya ada sisa sisa reruntuhan candi dan beberapa Yoni di kawasan Pati selatan yang berada di desa tambakromo, Kayen dukuh Buloh, dan kompleks pemakaman sunan Prawoto.


Selama ini banyak sekali penemuan benda purbakala berasal dari Jawa timur yang memang pada masa kerajaan besar di Jawa berpusat di pedalaman Jawa timur

Merujuk pada dua prasasti, prasasti rongkab dan prasasti wihara i wunandaik yang di temukan di lereng pegunungan muria, dapat di indikasi pegunungan muria pernah menjadi wilayah kekuasaan sang maha raja Rakai watukura Dyah balitung yang memerintah kerajaan Mataram i Poh Pitu, setelah kerajaan Mataram i Poh Pitu ini tidak lagi eksis pengunungan Muria menjadi wilayah kekuasaan nya Majapahit, hal ini di perkuat adanya penemuan sebuah prasasti batu yang di temukan di kompleks candi angin di kabupaten Jepara

Hasil pembacaan dan analisis Prasasti Candi Angin oleh balar jogja, merujuk pada kronologi relatif antara abad ke-XIII akhir XIV Masehi. Isi dari prasasti candi angin tersebut berupa ajaran moral tentang larangan untuk mengambil istri kedua atau larangan berpoligami, pada Abad ke-XII sampai abad ke-XIV tentunya sudah di masa kerajaan Majapahit yang berpusat di Jawa timur dari sinilah lereng pegunungan muria terjadi sebuah penumpukan zaman dari zaman Mataram i Poh Pitu sampai ke zaman Majapahit, hal ini tidak menutup kemungkinan pegunungan muria Jawa tengah pada abad ke-XII sudah menjadi kekuasaan Majapahit dan di kuatkan oleh prasasti yang ada di Lasem sayangnya… Prasasti di Lasem tidak bisa terbaca sepenuhnya..

Bedasarkan beberapa sumber sejarah yang tertulis dari babad wong Jawa kanung dan berita dari cina, pegunungan muria terpisah dengan sebuah selat, selat muria. dari sisa-sisa pendakalan selat tersebut di pengunungan Pati ayam sebelah barat kabupaten Pati, di temukannya beberapa fosil hewan laut purba dan fosil gajah purba, penemuan fosil hewan laut purba di lereng gunung Pati ayam menguatkan sumber sejarah dari babad kanung dan berita cina bahwasanya pengunungan kendeng Utara dan kendeng selatan terpisah adanya sebuah selat.

Prasasti rongkab

prasasti yang bertarih tahun 823 saka, yang di keluarkan pada masa pemerintahan Rakai Watukura Dyah balitung yang di temukan di jepara prasasti ini terdapat dua sisi wersi recto dan wersi verso,

Alih aksara

// swasti śakawarṣatita1 823 katikamasa2, tithi daśami3 suklapakṣa4 wā, wa °a wara5 śatabhiśanakṣatra6 bāru- nadaiwatā7 hasayūga8, tatkālanikanaŋ rāma i roŋkab· winaiḥ mamuputta kaṭik· praṇa ga9 de saŋ pamaggat· °umaṅgit· pu parwwatta10, saŋkā ri nāśani wanwanya maṅaśa-11 °akkan· °ikanaŋ rāma pasak· pasak· °i saŋ pamaggat· pirak· kā 1012 juru-13 ni kanayakān· saŋ tamwalaŋ °anak· wanwa °i kukap· watak· pagar· wsi, °ata ṇḍa pu pawī, juruniŋ14 lapuran·15 pu dhānada16 kapwa °anak· wanwa °i turai, watak· rai, juruniŋ17 wadwā18 rarai pu gaṇḍaura °anak· wanwa19 °i sḍĕḥ watak· taŋkillan·20
juruniŋ kalula pu °arka21 °anak· wanwa waryyaŋ watak· rampakan·, juruniŋ22 maŋra-23
kat· sa24 ra papaḥ25 °anak· wanwa °i tĕ°ṛnĕḥ watak· taŋkil·26, °amasaṅakan· pu maṇḍu°a nwa27 °i28 rahawu watak· sirikan· °inaŋsyan· pasak· pasak· pirak·

Verso

dhā kinābaihan·nira31 wahutta °i rikanaŋ32 kāla mukur33 saŋ bataŋṅan· piŋhai ka- ḍu sapataŋṅaḥhan·, kapwa ˚inaŋsyan· pasak· pasak· pirak· dhāra °i sowaŋ
3sowaŋ rāma māgman· °irikana[ŋ] kāla kala[ŋ] si maṅgal· mu°a[ŋ] si kya gusti si diśa winĕkas·

si haṅū parujar· si liṇḍu°an· mu°a[ŋ] si bicit· rāma maratā si tĕwak· si julu hulu wras·

si wisuwa nāhan· kwai[ḥ] nikanaŋ rāma māgman· sinrahan· prasaṣṭi39 de saŋ pamaggat· °umaṅgit· pu parbata˚anuŋ ḍumatĕṅakan· samwaḥnikanaŋ41 rāma °i roŋkab· sa[ŋ] talla42 gusti °i suli43, sīma wadi-

hati sakṣī44 saŋ pamaggat· wadihati pu ḍapit· °anak· wanwa °i paŋḍamu°an·watak· wadihati °inasĕ- °an·46 pasak· pasak· pirak· dhāra 447 tuhān· miraḥ miraḥ pa48 rayuŋ sanak· ˚i miraḥ miraḥ watak· wadi50 ma[ŋ]- rakappi saŋ halaran·52 pu dhānada53 °anak· wanwa °i paṇḍamu°an· watak· wadihati kapwa °ina[ŋ]sĕ°an· pa- sak· pasak· pirak· dhā 2 °i sowaŋ sowa[ŋ] wahutta hya[ŋ] tumut· magunadosa sa[ŋ] siṅgaḥ wwaḥ pu ra- hula, °anak· wanwa °i miraḥ miraḥ watak· wadihati mu°aŋ saŋ habūn °anak· wanwa °i turayun· watak si- garan· kapwa °inasĕ°an· pasak· pasak· pirak· mā 7 °i58 sowa[ŋ] sowaŋ karamān· saŋ hadyan· wahu- tta hya[ŋ] makabaiḥhan·60 pirak· dhā 1 kinabaiḥhannira likhitta patra pu rawi◌◌◌

Alih aksara yang dapat kami baca dari sisi Recto sebagai berikut:


“// Selamat!Tahun Śaka 823 telah berlalu, bulan Kārttika, tanggal kesepuluh paro terang, hari Was Wagai Minggu, nakṣatra-nya śatabhiṣaj dewatā-nya Waruna, yoga-nya hasa. Ketika itu pejabat Desa Rongkab diberi kemudahan untuk memulihkan desa,sebanyak 1 orang oleh Sang Pamĕgat Umanggit bernama Pu Parwata, oleh karena kerusakan desanya. Pejabat desa itu mempersembahkan hadiah kepada Sang Pamĕgat berupa perak sebanyak 10 kāṭiJuru Kanāyakān bernama Sang Tamwalang, penduduk Desa Kukap, wilayah Pagar Wsi,pemilik panji ataṇḍa Pu Pawi, serta tuhan niŋ, bernama Pu Dhanada, kedua-duanya penduduk Desa Turai, wilayah Turai,wadwā rarai bernama Pu Gandaura, penduduk Desa Sḍĕḥ wilayah Tangkilan;Kalula bernama Pu Arka, penduduk DesaWaryang wilayah Rampakan; mangrakat bernama Sang Ra Papah, pendudukDesa Tĕrĕnĕḥ wilayah Tangkilan, °amasaṅakan bernama Pu Mandua, penduduk Desa Rahawu wilayah Sirikan, diberi hadiah berupa perak


      Dalam Sisi VersoSebanyak 8

dhāraṇa semuanya. Wahuta saat mengukur yakni Sang Batangan, yang menjabat pinghe dari Kaḍu yakni Sang Patangahan, keduanya diberi hadiah perak sebanyak 10 dhāraṇa masing-masing.Pejabat desa yang masih menjabat saat itu bernama si Manggal dan si Kya; gusti  si Diśa winekas si Haṅū; juru bicara si Liṇḍuan dan si Bicit; pejabat desa yang telah pensiun si Tĕwak dan si Julu,pejabat yang mengatur perberasan si Wisuwa.

~Demikianlah keseluruhan pejabat desayang diserahi prasasti oleh Sang Pamĕgat Umanggit yang bernama Pu Parwata. Yang datang menghormat kepada pejabat desa Rongkab yaituSang Talla, gusti dari Suli, sīma86 Wadihati. Yang menjadi saksi yaitu Sang Pamĕgat Wadihati bernama Pu Ḍapit, penduduk Desa Pangdamuanwilayah Wadihati. Ia diberi hadiah perak sebesar 4 dhāraṇa. Tuhān Mirahmirah yang bernama Pu Rayung, penduduk Desa Mirah Mirah wilayah Wadihati, merangkap pejabat di Halaran bernama PuDhanada, penduduk Desa Pangdamuan wilayah Wadihati, semuanya diberihadiah perak sebesar 2 dhāraṇa masing-masingnya.Wahuta hyang yang turut mempertimbangkan baik dan buruk bernama Sang Singgahwuah, danPu Rahula penduduk Desa Mirah Mirah wilayah Wadihati dan juga Sang Habūn, penduduk Desa Turayun wilayahSigaran. Masing-masing semuanya diberi hadiah perak sebanyak 7 māṣa,  Para pejabat desa Sang Hadyan, wahuta Hyang semuanya diberi perak sebesar 1 dhāraṇamasing-masing. Penulis prasasti adalah Pu Rawi. 

Di kabupaten pati jawa tengah baru dua prasasti yang di temukan prasasti rongkab dan prasasti wihara i wunandaik kedua prasasti ini dapat di indikasi di tulis semasa pemerintahan Rakai watukura dyah balitung Mataram Mdang terbukti daei kedua prasasti tersebut ada kesamaan seorang mpu yang bernama “Pu Dananda” pu Dananda nama ini tertulis dalam prasasti Rongkab dan prasasti wihara i wunandaik.

Sumber Balar Jogja dan Pusat Arkeologi Nasional jakarta.