~Nama tokoh saridin di kab pati hanya bersumber dari cerita tutur yang berkembang di masyarakat pati kemudian nama saridin ini di populerkan oleh kesenian kethoprak di pati, dari adanya pementasan pementasan kethoprak di pati yang mana biasa dalam lakon ketoprak menceritakan “saridin andum waris” di sinilah masyatakat pati terdoktrin dengan ada sejarah yang bersumber dari cerita lakon kethoprak di pati padahal ketoprak hanya sebuah kesenian tradisional khas pati di sini masyarakat pastinya akan kesulitan membedakan sumber sejarah dari cerita tutur dan sumber sejarah bersifat primer atau sekunder

Tokoh saridin selama ini di kab pati belum di ketemukan sumber sejarah primer atau sekunder yang ada hanya tokoh syekh jangkung, nama syekh jangkung ini ada tertulis dalam sumber sejarah yang bernama serat syekh jangkung.
Apakah nama syekh jangkung ini ada hubungannya dengan sosok saridin yang mana saridin ini menurut cerita tuturnya adalah putra dari ki ageng kiringan…?

Dalam hal ini belum lagi di ketemukan sebuah sumber sejarah primer atau sekunder terkait syekh jangkung adalah saridin. Yang ada hanya sebuah cerita tutur tinular dari generasi ke generasi dan tidak di kuatkan sumber primer atau sekunder yang lain

Apakah makam di kayen pati ini makamnya saridin atau syekh jangkung ….?

Menurut dari beberapa pemerhati atau pencinta sejarah di pati, Dahulu makam yang sering di ziarah i di kayen landoh pati yang menurut sekalangan masyarakat pati itu makam syeh jangkung sebelum ada lakon cerita ketoprak di pati pada tahun 1974 M. Makam tersebut dulu bernama “mbah swargi” mbah swargi itu nama asli atau kah nama samaran atau nama sebuah gelar seseorang yang sudah meninggal…..?

Penamaan mbah swargi itu tidak tertuju pada satu nama makam di pati tetapi ada beberapa makam di pati yang mana dahulu makam keramat di daerah pati ini bernama mbah swargi.

Makam sunan prawoto pun juga dulunya bernama mbah swargi sebelum makam di prawoto itu disuruh membuka oleh mbah kyai H muhammadun dari desa pondowan belakang PG pakis baru mbah kyai muhammadun itu berputra kyai H aniq yang mempunyai pondok pesantren mambaul ulum di desa pakis.
Kurang lebih seperti itu tutur cerita dari juru kunci makam sunan prawoto yang di bagian bawah di kompleks pemakamnnya ada yoni dan beberapa reruntuhan candi.

Saya menjupai nama makam yang dulunya bernama mbah swargi itu ada beberapa makam di pati salah satunya di prawoto di kayen dan beberapa makam di daerah pati utara

Sejak kapan nama mbah swargi ini muncul hal ini sudah pernah saya diskusikan bersama pecinta sejarah di kab pati, analisa bedasarkan sumber tetapi di sini saya dan beberapa pencinta sejarah pati masih kekurangan dan minim sekali sumber sejarah.

Menurut pak Wisnu Tedjo Prabowo bahasa swargi itu dari kata suwargo atau surga yg mana makna ini adalah nama yang dimakamkan disini semoga mendapat ampunan dari Alloh SWT dan mendapat surga disisiNya, dan karna itulah banyak sekali makam makam keramat di pati yang bernama suwargi karna kemungkin alasan

  1. Nama beliau sudah dilupakan dan yang diingat hanyalah jasa” Beliau.
  2. Penyebar agama yang mana nama beliau ingin disamarkan karna beberapa sebab, mungkin sebab perang atau beliau menganut malamatiyah yang namanya tak ingin diingat orang semakin orang menyepelekan atau menghina semakin berhasil dalam syarat ibadahnya.

Jadi kesimpulannya suwargi adalah nama julukan masyarakat dan bukan nama asli.
Juga bukan tidak mungkin disitu adalah maqom bukan makam (yang dalam istilah kaum sarkub maqom itu petilasan yang dulu pernah ditinggali di buat ibadah dan makam adalah bahwa orangnya benar bener Dimakamkan disitu ada jasadnya) di sini istilah maqom itu tidak ada jazadnya orang yang di makamkan di tempat tersebut bisa jadi
syekh jangkung, beliau pernah di pati sewaktu perang mataram – pati beliau menjadi utusan mataram islam.

Menurut pak Djoko Wahjono sendiri tidak lain beliu adalah pendiri dari yayasan arga kecana di pati yang mana yayasan argakencana yang bergerak dalam bidang merekrutruksi, meneliti sejarah di pati beliu berpendapat bahwasannya

“Tembung swargi iku wis umum kanggone wong Jawa nek nyebut eyange sing wis kapundut. Ning kluargaku dewe nek nyebut yo mung, eyang swargi tanpo nyebut asmane.”

Penamaan kata swargi itu sendiri sudah umum untuk orang jawa pada umumnya kalau menyebut eyangnya yang sudah meninggal di keluarga beliu sendiri menyebutnya juga eyang swargi dan tidak sama sekali menyebut siapa nama aslinya dan ini sudah menjadi tradisi, jadi gak diketahui sejak kapan sebutan itu mulai ada Aaplagi kata “swargi atah swarga” sudah ada dalam bahasa Jawa kuno sejak dulu.

Dalam tradisi Jawa, ada etika, tak elok ucapkan nama sesepuh atau leluhurnya begitu saja. Maka diwakili cukup dengan sebutan “eyang swargi” saja atau kakek almarhum…
Cukup untuk mengetahui nama para sesepuh dibaca dari silsilah kluarga yang ada.

Maka itu ada sebutan apalagi bagi yang wafat karna celaka atau perang di klangan bangsawan Jawa muncul sebutan almarhum seperti “Pangeran Sekar Seda Lepen”. “Pangeran Seda ing Laut” “Pangeran Seda Krapyak”. Tanpa disebut namanya.

Saya pribadi mengenai sumber sejarah di pati itu sangat minim sekali sumber sejarah di pati kebanyakan cerita tutur dari turun temurun dari generasi ke generasi bahkan babad pati sendiri menurut pecinta atau pemerhati sejarah pati itu di ragukan kevalidtannya.

Sumber sejarah mengenai syekh jangkung itu bersumber dari sumber sejarah serat syekh jangkung, serat syekh jangkung ini termasuk sumber sejarah di pati, serat cebolek kemudian suluk wujil karya sunan bonang, manakibnya kyai H Rifai kajen yang sebagai sumber sejarah dari Kyai ahmad mutamakin kajen.
Nah sumber sejarah serat cebolek, manakib kiyai H Rifai dan suluk wujil ini pun juga bisa buat mengali sejarah leluhur leluhur di kab pati.

Dalam suluk wujil karya sunan bonang contohnya yang di tulis oleh sunan bonang sendiri itu di kisahkan syekh malaya bermain topeng di pati selama tujuh hari di desa wasana kidul…
Yang di maksud syekh malaya adalah kanjeng sunan kali jaga Raden sahid yang masih berdarah dari bhre lasem indu dwi dari wilwatikta kerajaan majaphit.

Pertanyaan kembali muncul.. di mana kah letak desa wasana kidul yang bersumber dari suluk wujil ini…. ? Desanya sampai sekarang masih ada ataukah sudah tidak ada…..?
Masih di lestarikan tidak kesenian topeng di pati yang dulu pernah di mainkan oleh syekh malaya ini…?
Di desa sonean kayaknya masih ada kesenian topeng.

Kembali ke serat syekh jangkung
Dalam serat syekh jangkung yang mana sebagai sumber sejarah di pati dalam rangka untuk menggali sejarah dari syekh jangkung itu sendiri kalau kita mau membaca dan mencermatinya…

Tidak ada tertulis nama seorang waliallah bernama saridin atau sahridho yang mana dalam cerita tutur dan cerita ketopraknya sariden atau sahridho putra dari ki ageng kiringan atau syekh abdullah al asyik dukuh kiringan desa punden rejo.

Padahal syeh jangkung yang sangat dihormati keluarga kerajaan Mataram islam yang sekarang menjadi jogjakarta sudah ratusan tahun dimakamkan di kulon progo. Memang di sini ada kesamaan nama tempatnya Yaitu Landoh atau Lendah.

Di kab pati sendiri pun juga ada banyak nama landoh yang mana nama landoh ini sendiri di duga kuat sebagai tempat peristirahatan tempat beribadahnya syekh jangkung semasa hidupnya di antara situs peninggalannya berada di desa ngetuk dukuh landoh di situs ini di sinyalir dulu di buat memandikan kerbaunya syekh jangkung.

Di desa wedarijaksa pun juga ada situsnya yang konon menurut ceritanya adalah tempat pondok pesantren dan masih ada lagi beberapa situs atau makam ber sejarah terkait dari sosok syekh jangkung ini, Dan dlm Pustaka Serat Syeh Jangkung, tidak ada nama Saridin

Menurut om susilo Tomo sebagai pemerhati sejarah pati beliu berpendapat dalam forum grub bedah sejarah pati, pernah ditemukan nama syarifudin dalam catatan catatan cirebon. dia masih keponakan dari syeh abdul jalil atau syeh siti jenar, masih bersaudara dengan abdul khodir bin muhammad yunus atau pate onus atau pangeran japara atau pangeran sabrang lor.

Murid murid Syeh Siti Jenar ini berdakwah di daerah daerah yang disebut LEMAH BANG Atau tanah merah karena tempat sekte BAIRAWA melakukan persembahan darah. Syarifudin di masa Pati dipimpin Kayu Bralit berdakwah di LEMAH BANG daerah Landoh Kayen ketika daerah itu dipimpin oleh mbah Kiyono atau Miyono atau Ki Anut. Sampai sekarang nama mbah Kiyono yang di makam Jati Kembar adalah tokoh yang dituakan oleh masyarakat Kayen.

Mungkin karena dalam lakon ketoprak Saridin ada nama petinggi Miyono yang jadi tokoh MINOR, maka di Kayen pernah ada mitos tidak boleh ada ketoprak lakon Saridin. Apalagi di tahun 60an pernah terjadi sedikit accident ketika pementasan ketoprak lakon Saridin di sana.

Dari hasil kajian dan penelitian ini luat di duga makam syekh jangkung sendiri berada di kulon progo sedangkan di kayen pati kuat di duga sebuah maqom syekh jangkung yang mana dahulu di buat beribadah mendekatkan diri kepada tuhan.

Sumber

Serat syekh jangkung

Hasil kajian dan penelitian sejarah di kab pati yayasan argakencana dalam forum grub bedah sejarah pati