~Prasasti tembaga yang dikenal sebutan prasasti Trowulan I berukuran 36.5 x 10,5 cm berasal dari dukuh Pelem, desa Temon Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Jatim. Prasasti ini ditulisi dengan baris kalimat di dua sisinya. Tembaga ini merupakan lempeng ke-5 dari sebuah prasasti yang berhuruf dan bahasa Jawa Kuna. Sekarang prasasti ini disimpan di Museum Nasional Jakarta dengan nomor inventaris E.54. Ketika pertama kali ditemukan, prasasti ini terdiri dari 5 lempengan, yaitu lempeng 1,3, 5, 9. (E.54 a-d) dan 10 (E.36) alih aksara lengkap ada di Pigeaud I:1962:108-111 .

Keterangan mengenai prasasti ini dapat ditemukan dalam sumber NBG 1902:95, 107sq; NBG 1903:16; J.L.A. Brandes/ N.J. Krom VBG LX 1913:255 (OJO CXLX); P.V. van Stein Callenfels OV 1918: 108 (1280 S; L. Ch. Damais BEFEO 46 1952 EEI III:76 no. A. 188 (1280 S/7-vii-1358 M); BEFEO 47, 1955, EEI IV:83-84; Th.G.Th.; Boechari/ A.S. Wibowo PKMN I 1985:116-117 5a.

(alih aksara oleh Boechari)

1. nusa, °i temon, °i paraje?an, paka?ekan, °i wu?lu, °i rabut ri, °i bañu m?du, °i gocor, °i tambak °i pujut,

2. °i mire?, °i? dmak, °i kli?, °i pag?a?an, °i mabuwur, °i bowo?, °i rumasan, °i ca?gu, °i ra??u gowok, °i wahas, °i nagara,

3. °i sarba, °i wari?in pitu, °i lagada, °i pamotan, °i tula?an, °i panumba?an, °i jruk, °i tru?, °i kamba? sri, °i t?a, °i gsa?, °i

4. bukul, °i surabhaya, muwa? prakarani? naditira pradesa sthanani?-anamba?i, °i ma?anten, °i wari?in wok, °i bajrapura, °i

5. sambo, °i jerebe?, °i pabula?an, °i balawi, °i lumayu, °i katapa?, °i pagaran, °i kamu?i, °i parijik, °i paru?, °i pasi

6. wuran, °i ke?al, °i ba?kal, °i wi?a?, °i pakbohan, °i lowara, °i ?uri, °i rasi, °i rewun, °i tgalan, °i ?ala?ara, °i

Lempeng 5b.

1. sumba?, °i malo, °i ?ijo, °i kawa?en, °i su?a?, °i kukutu, °i balun, °i marebo, °i turan, °i jipa?, °i ?awi, °i wa?kala?

2. °i pnu?, °i wulu?, °i bara?, °i pakatelan, °i ware?, °i?-amban, °i kembu, °i wulayu, sarwwe, °ika ta kabe?, naditirapradesa, stha

3. nanya ?-anamba?i sayawadwipama??ala, ?unikalanyâ?hya? °ajña haji prasasti, rajasanagaralañca?a, kune? ti?ka? °ika? °a

4. namba?i sayawadwipama??ala, makadi pañji marggabhaya, kyajaran rata, mwa? pañjya?rak?aji, kyajaran ragi, kewala swatantra, ta

5. n kaparabyapara, tan katamana deni winawa sa? mana katri?i, lwirnya, pa?kur, tawan, tirip, salwirani?, nayaka, parttaya, °api?he,

6. °akurug, °awaju?, wadihadi, sapu??u?nya kabe? makadi? rawe? lawan sahanani? ma?ilala d?wya haji wuluwulu parawu

Terjemahan: 5a. (alih aksara Boechari) 1.

Nusa, di desa Temon [°i temon], di desa Parajengan [°i paraje?an], di desa Paka?ekan [°i paka?ekan], di desa Wunglu [°i wu?lu], di desa Rabut Ri [°i rabut ri], di desa Bañu M?du [°i bañu m?du], di desa Gocor [°i gocor], di desa Tambak [°i tambak], di desa Pujut [°i pujut], 2. di desa Mireng [°i mire?], di desa Dmak [°i? dmak], di desa Kling [°i kli?], di desa Pag?angan [°i pag?a?an],di desa Mabuwur [°i mabuwur], di desa Bowong [°i bowo?], di desa Rumasan [°i rumasan], di desa Ca?gu [°i ca?gu], di desa Ra??u Gowok [°i ra??u gowok], di desa Wahas [°i wahas], di desa Nagara [°i nagara], 3. di desa Sarba [°i sarba], di desa Waringin pitu [°i wari?in pitu], di desa Lagada [°i lagada], di desa Pamotan [°i pamotan], di desa Tulangan [°i tula?an], di desa Panumbangan 8[°i panumba?an], di desa Jruk [°i jruk], di desa Trung [°i tru?], di desa Kambang Sri [°i kamba? sri], di desa T?a [°i t?a], di desa Gsang [°i gsa?], di desa Bukul [°i 4. bukul], di desa Surabhaya [°i surabhaya],

Dan semua desa-desa ditepi sungai tempat perahu penyeberangan tambangan [muwa? prakarani? naditira pradesa sthanani?-anamba?i], di desa Ma?anten [°i ma?anten], di desa Waringin Wok [°i wari?in wok], di desa Bajrapura [°i bajrapura], di desa Sambo [°i 5. sambo], di desa Jerebe? [°i jerebe?], di desa Pabulangan [°i pabula?an], di desa Balawi [°i balawi], di desa Lumayu [°i lumayu], di desa Katapang [°i katapa?], di desa Pagaran [°i pagaran], di desa Kamu?i [°i kamu?i], di desa Parijik [°i parijik], di desa Parung [°i paru?], di desa Pasiwuran [°i pasi 6. wuran], di desa Ke?al [°i ke?al], di desa Bangkal [°i ba?kal], di desa Wi?ang [°i wi?a?], di desa Pakbohan [°i pakbohan], di desa Lowara [°i lowara], di desa ?uri [°i ?uri], di desa Rasi [°i rasi], di desa Rewun [°i rewun], di desa Tgalan [°i tgalan], di desa ?alangara [°i ?ala?ara], di desa Sumbang [°i 5b. 1. sumba?], di desa Malo [°i malo], di desa Ngijo [°i ?ijo], di desa Kawangen [°i kawa?en], di desa Su?a? [°i su?a?], di desa Kukutu [°i kukutu], di desa Balun [°i balun], di desa Marebo [°i marebo], di desa Turan [°i turan], di desa Jipang [°i jipa?], di desa Ngawi [°i ?awi], di desa Wangkalang [°i wa?kala?] 2. di desa Pnu? [°i pnu?], di desa Wulung [°i wulu?], di desa Barang [°i bara?], di desa Pakatelan [°i pakatelan], di desa Wareng [°i ware?], di desa Amban [°i?-amban], di desa Kembu [°i kembu], di desa Wulayu [°i wulayu],

Semua desa-desa itu seluruhnya merupakan desa ditepi sungai tempat beradanya penyeberangan dengan perahu diseluruh wilayah pulau Jawa
[sarwwe, °ika ta kabe?, naditirapradesa, stha 3. nanya ?-anamba?i sayawadwipama??ala],
ketika sebelum memohon prasasti yang berisi perintah raja bertanda Rajasanagara
[?unikalanyâ?hya? °ajña haji prasasti, rajasanagaralañca?a],
adapun tugas tempat beradanya penyeberangan dengan perahu diseluruh wilayah pulau Jawa terutama
[kune? ti?ka? °ika? °a 4. namba?i sayawadwipama??ala, makadi]
pejabat Pañji Marggabhaya [pañji marggabhaya], yaitu Ki Ajaran Rata [kyajaran rata], dan [mwa?] pejabat Pañj Angrak?aji [pañjya?rak?aji], Ki Ajaran Ragi [kyajaran ragi], semata-mata berstatus swatantra [kewala swatantra], tidak dicampuri orang lain [ta 5. n kaparabyapara], tidak dimasuki oleh pejabat yang berkuasa bertiga [tan katamana deni winawa Sang Mana Katri?i], seperti [lwirnya], pejabat Pangkur, pejabat Tawan, pejabat Tirip, [paku?kur, tawan, tirip], selain itu pejabat Nayaka, pejabat Parttaya, pejabat °Apinghe [salwirani?, nayaka, parttaya, °apinghe], 6. pejabat °Akurug, pejabat °Awaju?, pejabat Wadihati [akurug, °awaju?, wadihadi ], semua yang diambilnya seperti oleh pejabat Raweh dan segala macam petugas pajak seperti Wuluwulu Parawu [sapu??u?nya kabe? makadi? rawe? lawan sahanani? ma?ilala d?wya haji wuluwulu parawu]

Prasasti Canggu menginformasikan secara rinci mengenai lokasi pelabuhan Canggu, yang mana dalam teks prasastinya menuliskan

“kapangkwa denikang anāmbingi sayawadwipamandala.
imabawur i godog (?) i rumasan. i canggu. i randu gowok. i wahas i nagara. i
sarba……”

terjemahan :
….. agar disimpan oleh petugas penyeberangan di seluruh Mandala Jawa, terutama
(nama-nama desa penyeberangan)
Mabuwur, Godog, Rumasan, Canggu, Randu Gowok, Wahas, Nagara, Sarba…….

Wilayah Canggu yang disebutkan dalam prasasti Canggu terletak diantara Mabuwur dan Sarbo (sarba) yang berada di wijalayah jawa timur. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Yusmini Eriawati, Mabuwur saat ini diketahui menjadi desa Jatiduwur di perbatasan Jombang-Mojokerto, sedangkan Sarbo atau dalam prasasti di tulis sarba sekarang dikenal dengan Dusun Serbo, Desa bogempinggir Kecamatan Balongbendo yang terletak di timur laut desa Canggu, termasuk dalam wilayah Kabupaten Sidoarjo.

Mengenai desa penyeberangan Godog, Rumasan, Randu Gowok, Wahas, dan Nagara yang disebutkan dalam prasasti Canggu saat ini tidak dikenal lagi desa-desa tersebut.
Desa-desa penyeberangan pada Prasasti Canggu disebutkan secara berurutan mulai hulu hingga hilir sungai, maka dapat disimpulkan bahwa Canggu terletak di wilayah antara Desa Jatiduwur dan Serbo. Dan di wilayah antara Jatiduwur dan Serbo jawa timur terdapat sebuah desa dengan nama Canggu yang dapat diidentikkan dengan Pelabuhan Canggu masa Majapahit.

Prasasti Trowulan I atau dikenal pula dengan nama Prasasti Canggu adalah piagam kerajaan yang dikeluarkan pada masa raja Hayam Wuruk. Prasasti Canggu berisi tentang peningkatan status desa-desa penyeberangan di seluruh Mandala Jawa dan aturan-aturan yang ditetapkan berkenaan dengan aktivitas penyeberangan yang dilakukan.

Prasasti Canggu menggambarkan bahwa Canggu merupakan nama suatu desa penyeberangan. Panji Marggabhaya disebutkan sebagai petugas penyeberangan atau lebih tepat disebut sebagai pengelola pelabuhan Canggu.

Seperti tertera di dalam kutipan prasasti Canggu sebagai berikut:

“….. makādi mahādwija. i pingsornyājñā pāduka çri mahārāja. kumonakěn ikanang
anambangi sayawadwipamandala. makādi pañji marggabhaya. makasikasir ajaran
rata. sthatita. munggwi canggu pagawayakna sang hyang ājñāhaji praçasti.
rājasanagaralañcana. munggwe salah sikining tāmra. riptopala. kapangkwa
denikang anāmbingi sayawadwipamandala”.

terjemahan:
Adapun isi pertulisan perintah Raja itu, setelah diturunkan kepada para pegawai rendah, ialah supaya segala orang disegenap mandala Pulau Jawa diseberangkan, terutama sekali Panji Marggabhaya yang bertempat tinggal di Canggu harus melaksanakan pertulisan perintah Raja menjadi piagam perunggu bertanda lencana Rajasanegara dan digariskan atas piagam perunggu atau di atas batu piagam.

~Dalam Prasasti Canggu yang di tulis pada masa pemerintahan prabu Hayam Wuruk di tetapkan desa-desa pelabuhan di tepi sungai di sepanjang sungai Bengawan Solo dan Brantas. Dalam prasasti tersebut tertulis nama nama desa, Desa Badanten atau Madanten disebut pertama kali dalam prasasti tersebut untuk pelabuhan sungai di jalur Bengawan solo, setelah kota Surabaya yang mengakhiri jalur Brantas.

Bisa di interprestasikan bahwasannya muara Bengawan solo pada masa pemerintahan Majapahit masih berada di sekitar Badanten atau Madanten.

Sumber :

Cagarbudaya.kemdikbud.go.id

Pustaka

CANGGU:
PELABUHAN SUNGAI MASA MAJAPAHIT
ABAD XIV – XVI
Oleh:
MAWARDI PURBO SANJOYO, MA.
Dosen Fakultas Ushuluddin, Adab dan Humaniora